Statistika, sebagian orang ada yang
menyatakan alergi dengan statistika. Berhubungan dengan data-data dan
formula-formula yang memerlukan pemahaman, logika dan ketelitian yang sangat
tajam dalam mengolah dan menganalisanya. Mungkin sempat terlintas dalam pikiran
timbul pertanyaan "Apa sih gunanya belajar statistika? Apa gunanya untuk
kehidupan?" dan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang mengarah kepada tidak
ada gunanya mempelajari statistika.
Eiitss....jangan salah....mulai dari
kehidupan sehari-hari, ekonomi, bisnis, hukum dan bahkan politik pun
menggunakan statistika. Perhitungan hasil Pilkada melalui Quick Count, melacak
kebenaran mengenai tindakan kriminal dibutuhkan informasi-informasi dan
data-data terkait pun juga perlu pemikiran statistika, ketahanan pasien terhadap
penyakit juga diperlukan analisa dan pemikiran statistika, dan masih banyak hal
lainnya yang nanti akan mengacu pada pengambilan keputusan.
Berbagi pengalaman saat saya bekerja di
salah satu perusahaan manufaktur yang menerapkan prinsip Six-Sigma yaitu salah
satu strategi perbaikan bisnis untuk menghilangkan pemborosan, mengurangi biaya
karena menghasilkan kualitas yang buruk dan memperbaiki efektivitas dan efisiensi
semua kegiatan operasi. Nantinya perusahaan akan mampu memenuhi kebutuhan dan
harapan konsumen. Dalam Six-Sigma, manajemennya sangat memperhatikan dan
menerapkan budaya statistik mulai dari karyawan hingga level manajemen dengan
memberikan pelatihan-pelatihan statistika yang menekankan kepada data dan
informasi yang akurat hingga mengolah dan menganalisa guna pengambilan
keputusan manajemen.
Dalam dunia bisnis dan industri, mutu atau
kualitas barang dan jasa yang dihasilkan adalah salah satu hal terpenting dalam
memberikan pelayanan dan memuaskan pelanggannya. Data dan informasi yang akurat
sangat dibutuhkan untuk menjaga, mengelola dan meningkatkan kualitasnya. Kualitas
adalah unsur yang mutlak dimiliki setiap produk dan jasa yang dihasilkan oleh
perusahaan. Kualitas merupakan ukuran tingkat kesesuaian barang/jasa dengan
standar dan spesifikasi yang telah ditentukan/diterapkan. Dalam hal ini peran
statistika banyak digunakan.
Konsep dasar penggunaan statistika dalam pengendalian mutu bermula dari berbagai kajian dan eksperimen beberapa ahli statistika, Dr. Waiter Shewart (ilmuan di Laboratorium Bell, 1924). Prinsipnya dikenal melalui diagram kendali (Control Chart) menggunakan hukum probabilitas dan statistik untuk menggambarkan bagaimana suatu variasi mempengaruhi ukuran-ukuran sampel bagi produk-produk manufaktur. Dasarnya adalah untuk mengetahui produk yang dapat diterima atau produk yang ditolak karena rusak, sehingga produk yang rusak tidak dijual kepada konsumen tetapi harus dimusnahkan.
Dalam hal ini tercermin bahwa produk yang
sudah jadi (finished goods) yang diperiksa kemudian diseleksi apakah memenuhi
standar atau tidak untuk dijual kepada konsumen. Jika secara statistik banyak
data yang rusak maka proses produksi dihentikan untuk dianalisis faktor
penyebab rusaknya. Namun, bila diketahui faktor penyebabnya maka faktor inilah
yang diperbaiki dan proses produksi berikutnya dapat dilanjutkan dan diawasi
secara statistik.
Ada beberapa hal yang terkait dalam
manufaktur/industri, diantaranya :
- Bila suatu barang dan jasa diproduksi maka outputnya
akan serupa (similar) tapi tidak sama (identical).
- Adanya variasi dari barang dan jasa yang
diproduksi merupakan hal yang wajar dan normal.
- Tidak ada dua produk dan jasa yang benar-benar
sama.
- Data tidak selalu memberikan
kepastian mengenai pola yang normal. Dan akan ada variasi pada proses yang
terkendali dan variasi pada proses yang tidak terkendali.
Dalam dunia industri pengendalian mutu merupakan suatu filosofi
yang pasti berbicara mengenai produk yang bebas cacat atau kesalahan (zero
defect) dalam arti bahwa perusahaan atau organisasi sebagai pihak produsen
benar-benar menginginkan kepuasan pelanggan. Alat bantu statistik yaitu SPC dan
SQC adalah teknik penyelesaian masalah yang digunakan untuk memonitor,
mengendalikan, menganalisis, mengelola dan memperbaiki produk dan proses dengan menggunakan metode statistik.
Istilah Statistical Quality Control (SQC)
dan Statistical Process Control (SPC) sangat penting dalam pengendalian mutu. Perbedaannya
adalah pada letak proses berlangsungnya. Apabila SQC meninjau kualitas atau
mutu dari produk jadi, sedangkan SPC meninjau dari proses yang sedang berlangsung
dalam pembuatan produknya. SQC merupakan sistem yang dikembangkan
untuk menjaga standar yang seragam dari kualitas hasil produksi, pada tingkat
biaya yang minimum dan menerapkan bantuan untuk mencapai efisiensi perusahaan.
Sedangkan SPC digunakan untuk mengawasi standar, membuat pengukuran dan
mengambil tindakan perbaikan selagi produk dan jasa sedang diproduksi.
Kenapa diperlukan peningkatan kualitas
produk atau jasa? Banyak alasan yang dapat menjelaskan hal ini, diantaranya
adalah dapat meningkatkan daya saing, menarik konsumen kembali dan memberikan
konsumen informasi dan keyakinan terhadap produk dan jasa serta mengurangi
biaya yang terjadi karena konsumen pindah ke merek lainnya.
Disini peran statistika sangat penting, statistika
proses kontrol sebagai ilmu yang mempelajari tentang teknik/metode pengendalian
kualitas berdasarkan prinsip-prinsip dan konsep statistik. Terdapat tujuh alat bantu (The seven Tools) yang digunakan dalam pengendalian mutu yaitu Check
Sheet, Scatter diagram, Cause and Effect Diagram, Pareto Chart, Process flow
chart, Histogram, dan Control Chart.
Untuk selanjutnya akan kita bahas satu persatu.
Sumber :
- Montgomery, Douglas C. 2009. Introduction to Statistical Process Control, 6-th Edition. John Wiley & Sons, Inc. United States of America.
- Gaspersz, Vincent. Total Quality Management, Andi Offset