Statistic do not speak for themselves
Milton Friedman
Statistics is the grammar of science
Karl Pearson
Statistics : The Mathematical Theory of Ignorance
Morris Kline
join di youtube Mellyna Eka Yan Fitri ya...
kunjungi : https://www.youtube.com/@mellynayan
Rabu, 01 Oktober 2014
Selasa, 30 September 2014
STATISTIKA PENGENDALIAN MUTU
Statistika, sebagian orang ada yang
menyatakan alergi dengan statistika. Berhubungan dengan data-data dan
formula-formula yang memerlukan pemahaman, logika dan ketelitian yang sangat
tajam dalam mengolah dan menganalisanya. Mungkin sempat terlintas dalam pikiran
timbul pertanyaan "Apa sih gunanya belajar statistika? Apa gunanya untuk
kehidupan?" dan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang mengarah kepada tidak
ada gunanya mempelajari statistika.
Eiitss....jangan salah....mulai dari
kehidupan sehari-hari, ekonomi, bisnis, hukum dan bahkan politik pun
menggunakan statistika. Perhitungan hasil Pilkada melalui Quick Count, melacak
kebenaran mengenai tindakan kriminal dibutuhkan informasi-informasi dan
data-data terkait pun juga perlu pemikiran statistika, ketahanan pasien terhadap
penyakit juga diperlukan analisa dan pemikiran statistika, dan masih banyak hal
lainnya yang nanti akan mengacu pada pengambilan keputusan.
Berbagi pengalaman saat saya bekerja di
salah satu perusahaan manufaktur yang menerapkan prinsip Six-Sigma yaitu salah
satu strategi perbaikan bisnis untuk menghilangkan pemborosan, mengurangi biaya
karena menghasilkan kualitas yang buruk dan memperbaiki efektivitas dan efisiensi
semua kegiatan operasi. Nantinya perusahaan akan mampu memenuhi kebutuhan dan
harapan konsumen. Dalam Six-Sigma, manajemennya sangat memperhatikan dan
menerapkan budaya statistik mulai dari karyawan hingga level manajemen dengan
memberikan pelatihan-pelatihan statistika yang menekankan kepada data dan
informasi yang akurat hingga mengolah dan menganalisa guna pengambilan
keputusan manajemen.
Dalam dunia bisnis dan industri, mutu atau
kualitas barang dan jasa yang dihasilkan adalah salah satu hal terpenting dalam
memberikan pelayanan dan memuaskan pelanggannya. Data dan informasi yang akurat
sangat dibutuhkan untuk menjaga, mengelola dan meningkatkan kualitasnya. Kualitas
adalah unsur yang mutlak dimiliki setiap produk dan jasa yang dihasilkan oleh
perusahaan. Kualitas merupakan ukuran tingkat kesesuaian barang/jasa dengan
standar dan spesifikasi yang telah ditentukan/diterapkan. Dalam hal ini peran
statistika banyak digunakan.
Konsep dasar penggunaan statistika dalam pengendalian mutu bermula dari berbagai kajian dan eksperimen beberapa ahli statistika, Dr. Waiter Shewart (ilmuan di Laboratorium Bell, 1924). Prinsipnya dikenal melalui diagram kendali (Control Chart) menggunakan hukum probabilitas dan statistik untuk menggambarkan bagaimana suatu variasi mempengaruhi ukuran-ukuran sampel bagi produk-produk manufaktur. Dasarnya adalah untuk mengetahui produk yang dapat diterima atau produk yang ditolak karena rusak, sehingga produk yang rusak tidak dijual kepada konsumen tetapi harus dimusnahkan.
Dalam hal ini tercermin bahwa produk yang
sudah jadi (finished goods) yang diperiksa kemudian diseleksi apakah memenuhi
standar atau tidak untuk dijual kepada konsumen. Jika secara statistik banyak
data yang rusak maka proses produksi dihentikan untuk dianalisis faktor
penyebab rusaknya. Namun, bila diketahui faktor penyebabnya maka faktor inilah
yang diperbaiki dan proses produksi berikutnya dapat dilanjutkan dan diawasi
secara statistik.
Ada beberapa hal yang terkait dalam
manufaktur/industri, diantaranya :
- Bila suatu barang dan jasa diproduksi maka outputnya
akan serupa (similar) tapi tidak sama (identical).
- Adanya variasi dari barang dan jasa yang
diproduksi merupakan hal yang wajar dan normal.
- Tidak ada dua produk dan jasa yang benar-benar
sama.
- Data tidak selalu memberikan
kepastian mengenai pola yang normal. Dan akan ada variasi pada proses yang
terkendali dan variasi pada proses yang tidak terkendali.
Dalam dunia industri pengendalian mutu merupakan suatu filosofi
yang pasti berbicara mengenai produk yang bebas cacat atau kesalahan (zero
defect) dalam arti bahwa perusahaan atau organisasi sebagai pihak produsen
benar-benar menginginkan kepuasan pelanggan. Alat bantu statistik yaitu SPC dan
SQC adalah teknik penyelesaian masalah yang digunakan untuk memonitor,
mengendalikan, menganalisis, mengelola dan memperbaiki produk dan proses dengan menggunakan metode statistik.
Istilah Statistical Quality Control (SQC)
dan Statistical Process Control (SPC) sangat penting dalam pengendalian mutu. Perbedaannya
adalah pada letak proses berlangsungnya. Apabila SQC meninjau kualitas atau
mutu dari produk jadi, sedangkan SPC meninjau dari proses yang sedang berlangsung
dalam pembuatan produknya. SQC merupakan sistem yang dikembangkan
untuk menjaga standar yang seragam dari kualitas hasil produksi, pada tingkat
biaya yang minimum dan menerapkan bantuan untuk mencapai efisiensi perusahaan.
Sedangkan SPC digunakan untuk mengawasi standar, membuat pengukuran dan
mengambil tindakan perbaikan selagi produk dan jasa sedang diproduksi.
Kenapa diperlukan peningkatan kualitas
produk atau jasa? Banyak alasan yang dapat menjelaskan hal ini, diantaranya
adalah dapat meningkatkan daya saing, menarik konsumen kembali dan memberikan
konsumen informasi dan keyakinan terhadap produk dan jasa serta mengurangi
biaya yang terjadi karena konsumen pindah ke merek lainnya.
Disini peran statistika sangat penting, statistika
proses kontrol sebagai ilmu yang mempelajari tentang teknik/metode pengendalian
kualitas berdasarkan prinsip-prinsip dan konsep statistik. Terdapat tujuh alat bantu (The seven Tools) yang digunakan dalam pengendalian mutu yaitu Check
Sheet, Scatter diagram, Cause and Effect Diagram, Pareto Chart, Process flow
chart, Histogram, dan Control Chart.
Untuk selanjutnya akan kita bahas satu persatu.
Sumber :
- Montgomery, Douglas C. 2009. Introduction to Statistical Process Control, 6-th Edition. John Wiley & Sons, Inc. United States of America.
- Gaspersz, Vincent. Total Quality Management, Andi Offset
Selasa, 23 September 2014
Minggu, 21 September 2014
Sabtu, 20 September 2014
Rabu, 27 Agustus 2014
UJI HETEROSKEDASTISITAS
Uji asumsi klasik berikutnya adalah uji heteroskedastisitas. Dalam analisis regresi, salah satu asumsi yang harus dipenuhi adalah varians error masing-masing variabel bebas harus konstan. Hal ini dikenal dengan istilah Homoskedastisitas. Selain itu dikenal istilah Heteroskedasitas lawan dari Homoskedastisitas, yaitu keadaan dimana terjadinya ketidaksamaan varian dari error untuk semua pengamatan setiap variabel bebas pada model regresi.
Untuk menguji ada atau tidaknya Heteroskedastisitas dapat dilakukan melalui beberapa uji, yaitu :
- Uji Spearman's rho.
- Uji Glejser.
- Uji Park.
- Uji melalui pola grafik
Secara umum persamaan regresi linear berganda adalah
Y = a + b1X1 + b2X2 + error
Sedangkan Y prediksi atau mean Y adalah
Y' = E(Y) = a + b1X1 + b2X2
Untuk metode ke-4, melalui pola grafik, ada beberapa hal yang sering muncul, yaitu :
1. Jika data berdistribusi Poisson seperti jumlah hari sakit karyawan dalam sebulan. Maka pola grafiknya adalah :
2. Jika data berdistribusi Binomial, maka pola grafiknya adalah :
3.Jika data adalah data ekonomi dan bisnis biasanya adalah model multiplikatif (perkalian), sehingga fungsi regresi yang terbentuk adalah hasil perkalian antara Y' dengan error, yaitu Y = E(Y) * error = Y' * error
Maka pola grafiknya adalah sebagai berikut :
Ada beberapa indikator yang dapat menyebabkan terjadinya heteroskedastisitas, yaitu :
- Kesalahan input nilai dari variabel tidak bebas Y.
- Biasanya ada pada data Time Series dan data ekonomi.
- Adanya manipulasi data.
- Distribusi data yang tidak normal seperti Poisson dan Binomial.
Apa solusinya jika terjadi heteroskedastisitas?
- Menambah atau mengganti data sampel baru.
- Melakukan transformasi variabel bebas X terhadap variabel tidak bebas Y.
- Menggunakan metode estimasi yang lebih Advance seperti GLS (Generalized Least Squares) dan WLS (Weighted Least Squares)
- Menggunakan model regresi linear berganda dimana nilai residualnya mengikuti Autoregressive Conditionally Heteroscedastic orde 1 (ARCH(1) ) atau mengikuti Generalized ARCH(1).
Next Session adalah contoh pengujian Heteroskedastisitas dengan IBM SPSS 21.
by MEYF
Referensi :
- Mendenhall, Sincinch. 1996. A Second Course In Statistics. Regression Analysis. Fifth Edition. Prentice Hall Internatiomal Edition.
- Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. Mediakom. Yogyakarta.
- Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & B. Bandung.
- Supranto, J. 2004. Analisis Multivariat : Arti dan Interpretasi. Rineka Cipta. Jakarta.
- Walpole, Ronald E. 1992. Pengantar Statistika Edisi ke-3. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
- Shochrul dkk. Cara Cerdas Menguasai Eviews. Salemba Empat. 2011. Jakarta.
Selasa, 19 Agustus 2014
CONTOH UJI MULTIKOLINEARITAS DENGAN IBM SPSS 21
Berikut kita lakukan uji multikolinearitas dengan menggunakan software statistik IBM SPSS 21. Bersumber dari buku Prentice Hall International Edition, "A Second Course in Statistics : Regression Analisys".
Berdasarkan data tahunan dari The Federal Trade Comission (FTC) mengenai peringkat berbagai produk rokok lokal berdasarkan kandungan tembakau (mg), kandungan nikotin (mg), berat rokok (gram) dan karbon monoksida yang dihasilkan oleh rokok. Ahli bedah USA mempertimbangkan bahwa ketiga zat kimia tersebut sangat berbahaya bagi kesehatan perokok. Penelitian terdahulu menyimpulkan bahwa meningkatnya jumlah tembakau dan nikotin dalam rokok akan terjadi bersama-sama dengan meningkatnya karbon monoksida yang dihasilkan dari rokok saat digunakan. Berikut data yang diperoleh dari 25 merek rokok lokal di USA.
Source : Federal Trade Comission |
Model Regresi yang dapat dibentuk adalah :
Y' = a + b1X1 + b2X2 + b3X3
dimana
Y = Karbon monoksida (mg)
X1 = Kandungan tembakau (mg)
X2 = Kandungan nikotin (mg)
X3 = Berat rokok (gram)
Dari data di atas akan diuji apakah terjadi multikolinearitas atau tidak dengan menggunakan IBM SPSS 21. Berikut langkah-langkahnya :
1. Klik Start -> IBM SPSS 21
2. Pilih Variabel View dan isikan data seperti berikut :
3. Pilih Data View dan isikan data seperti berikut :
4. Klik Analyze -> Regression -> Linear
5. Pindahkan variabel Karbon monoksida (Y) ke kolom Dependent dan variabel Kandungan TAR (X1), Kandungan Nikotin (X2) dan Berat rokok (X3) ke kolom Independent.
6. Tandai Estimates, Model Fit dan Collinearity dianostics lalu klik Continue -> OK
7. Output pertama yang diperoleh adalah Variables Entered/Removed menunjukkan metode analisa regresi yaitu dengan metode Enter.
8. Output berikutnya adalah tabel Model Summary memperlihatkan nilai R Square dan Adjusted R Square yang tinggi yaitu 0,919 dan 0,907. Hal ini menunjukkan variabel-variabel bebas pada model dapat menjelaskan sekitar 90,7% variabel tak bebas pada model regresi tersebut.
9. Output berikutnya adalah tabel ANOVA menunjukkan nilai F=79,557 yang berguna untuk uji ketepatan model. Jika kita bandingkan dengan F tabel=3,07 (dengan k=3 dan v=25-(3+1)=21), maka nilai F=79,44 > F-tabel=3,07, sehingga model regresi secara keseluruhan adalah baik secara signifikan.
10. Output berikutnya adalah tabel Coefficients menunjukkan nilai parameter a, b1, b2 dan b3, sebagai berikut
- a = 3,210
- b1 = 0,965 menunjukkan nilai korelasi antara variabel X1 dan Y positif dengan sig. = 0,001
- b2 = -2,654 menunjukkan nilai korelasi antara variabel X2 dan Y negatif, hal ini bertentangan dengan penelitian terdahulu, dan nilai sig. = 0,503 yang tidak signifikan. Sehingga patut dicurigai adanya pelanggaran asumsi regresi.
- b3 = -1,47 menunjukkan nilai korelasi antara variabel X3 dan Y negatif, hal ini bertentangan dengan penelitian terdahulu, dan nilai sig. = 0,970 yang tidak signifikan. Sehingga patut dicurigai adanya pelanggaran asumsi regresi.
Hal ini pun didukung dengan nilai VIF pada kolom paling akhir, yang masing-masing variabel X2 dan X3 memiliki nilai VIF > 10 yang menunjukkan bahwa terjadinya pelanggaran asumsi multikolinearitas.
Dan jika kita hitung nilai R Square masing-masing parameter yang akan dibandingkan dengan nilai parameter, maka dapat diperoleh R Square = 1 - 1/(VIF)
- Parameter b1 = 0,965 maka nilai R Square = 1 - (1/21,631) = 1 - 0,046 = 0,956
- Parameter b2 = -0,2654 maka nilai R Square = 1 - (1/21,900) = 1 - 0,46 = 0,956
- Parameter b3 = -0,147 maka nilai R Square = 1 - (1/1,334) = 1 - 0,7496 = 0,2504
Seperti kita ketahui bahwa nilai parameter adalah nilai yang menunjukkan hubungan antara variabel bebas dengan variabel tak bebas dalam model regresi. Dan hal ini berhubungan dengan nilai koefisien determinasi R Square. Diperoleh bahwa nilai parameter b2 dan b3 memiliki perbedaan yang sangat jauh dengan nilai masing-masing R Square-nya. Hal ini patut dicurigai bahwa terjadinya multikolinearitas dalam model regresi.
by MEYF