About

Selasa, 19 Agustus 2014

CONTOH UJI MULTIKOLINEARITAS DENGAN IBM SPSS 21

Berikut kita lakukan uji multikolinearitas dengan menggunakan software statistik IBM SPSS 21. Bersumber dari buku Prentice Hall International Edition, "A Second Course in Statistics : Regression Analisys".


Berdasarkan data tahunan dari The Federal Trade Comission (FTC) mengenai peringkat berbagai produk rokok lokal berdasarkan kandungan tembakau (mg), kandungan nikotin (mg), berat rokok (gram) dan karbon monoksida yang dihasilkan oleh rokok. Ahli bedah USA mempertimbangkan bahwa ketiga zat kimia tersebut sangat berbahaya bagi kesehatan perokok. Penelitian terdahulu menyimpulkan bahwa meningkatnya jumlah tembakau dan nikotin dalam rokok akan terjadi bersama-sama dengan meningkatnya karbon monoksida yang dihasilkan dari rokok saat digunakan. Berikut data yang diperoleh dari 25 merek rokok lokal di USA.
Source : Federal Trade Comission
Model Regresi yang dapat dibentuk adalah :
Y' = a + b1X1 + b2X2 + b3X3
dimana 
Y  = Karbon monoksida (mg)
X1 = Kandungan tembakau (mg)
X2 = Kandungan nikotin (mg)
X3 = Berat rokok (gram)

Dari data di atas akan diuji apakah terjadi multikolinearitas atau tidak dengan menggunakan IBM SPSS 21. Berikut langkah-langkahnya :
1. Klik  Start -> IBM SPSS 21
2. Pilih Variabel View dan isikan data seperti berikut :

3. Pilih Data View  dan isikan data seperti berikut :
4. Klik Analyze -> Regression -> Linear
5. Pindahkan variabel Karbon monoksida (Y) ke kolom Dependent dan variabel  Kandungan TAR (X1), Kandungan Nikotin (X2) dan Berat rokok (X3) ke kolom Independent. 
6. Tandai Estimates, Model Fit dan Collinearity dianostics lalu klik Continue ->  OK
7. Output pertama yang diperoleh adalah Variables Entered/Removed menunjukkan metode analisa regresi yaitu dengan metode Enter.
8. Output berikutnya adalah tabel Model Summary memperlihatkan nilai R Square dan Adjusted R Square yang tinggi yaitu 0,919 dan 0,907. Hal ini menunjukkan variabel-variabel bebas pada model dapat menjelaskan sekitar 90,7% variabel tak bebas pada model regresi tersebut.
9. Output berikutnya adalah tabel ANOVA menunjukkan nilai F=79,557 yang berguna untuk uji ketepatan model. Jika kita bandingkan dengan F tabel=3,07 (dengan k=3 dan v=25-(3+1)=21), maka nilai F=79,44 > F-tabel=3,07, sehingga model regresi secara keseluruhan adalah baik secara signifikan.
10. Output berikutnya adalah tabel Coefficients menunjukkan nilai parameter a, b1, b2 dan b3, sebagai berikut 
  • a = 3,210
  • b1 = 0,965 menunjukkan nilai korelasi antara variabel X1 dan Y positif dengan sig. = 0,001 
  • b2 = -2,654 menunjukkan nilai korelasi antara variabel X2 dan Y negatif, hal ini bertentangan dengan penelitian terdahulu, dan nilai sig. = 0,503 yang tidak signifikan. Sehingga patut dicurigai adanya pelanggaran asumsi regresi.
  • b3 = -1,47 menunjukkan nilai korelasi antara variabel X3 dan Y negatif, hal ini bertentangan dengan penelitian terdahulu, dan nilai sig. = 0,970 yang tidak signifikan. Sehingga patut dicurigai adanya pelanggaran asumsi regresi.
Hal ini pun didukung dengan nilai VIF pada kolom paling akhir, yang masing-masing variabel X2 dan X3 memiliki nilai VIF > 10 yang menunjukkan bahwa terjadinya pelanggaran asumsi multikolinearitas.

Dan jika kita hitung nilai R Square masing-masing parameter yang akan dibandingkan dengan nilai parameter, maka dapat diperoleh R Square = 1 - 1/(VIF)
  • Parameter b1 = 0,965 maka nilai R Square = 1 - (1/21,631) = 1 - 0,046 = 0,956 
  • Parameter b2 = -0,2654 maka nilai R Square = 1 - (1/21,900) = 1 - 0,46 = 0,956 
  • Parameter b3 = -0,147 maka nilai R Square = 1 - (1/1,334) = 1 - 0,7496 = 0,2504

Seperti kita ketahui bahwa nilai parameter adalah nilai yang menunjukkan hubungan antara variabel bebas dengan variabel tak bebas dalam model regresi. Dan hal ini berhubungan dengan nilai koefisien determinasi R Square. Diperoleh bahwa nilai parameter b2 dan b3 memiliki perbedaan yang sangat jauh dengan nilai masing-masing R Square-nya. Hal ini patut dicurigai bahwa terjadinya multikolinearitas dalam model regresi. 


by MEYF

0 comments: