About

Sabtu, 09 Mei 2020

~"CONTOH - INTERPRETASI HASIL ANALISIS FAKTOR "~

Dari hasil olahan data analisis faktor pada Langkah-Langkah Analisis Faktor dengan IBM SPSS 21.00. Maka dapat kita interpretasikan hasil analisisnya sebagai berikut :

Dari hasil olahan data tersebut dengan rumusan masalah adalah untuk mengetahui faktor-faktor perilaku rumah tangga dan belanja. Dalam hal ini untuk mereduksi 7 variabel (X1, X2, X3, X4, X5, X6 dan X7) menjadi lebih sedikit atau kurang dari 7 variabel. Metode yang digunakan adalah Principal Component Analysis.


Uji analisis kelayakan data dengan menggunakan KMO Bartlett Tes't diperoleh bahwa nilai KMO sebesar 0,550 yaitu lebih besar dari 0,50 hal ini menunjukkan bahwa sampel cukup untuk dilakukan analisis faktor. Selanjutnya pada uji Bartlett's Test of Sphericity sebesar 0,000 artinya ada korelasi antar variabel atau ketujuh variabel tersebut atau dalam bentuk statistika bahwa matriks korelasi bukan matrik identitas. Hal ini dapat dilihat pada gambar 1 berikut :


Gambar 1. Hasil KMO dan Uji Bartlett

Selanjutnya metode yang dipilih adalah metode Principal Component Analysis yaitu dengan mempertimbangkan nilai variannya. Maka dilakukan penentuan jumlah faktor yaitu dengan menggunakan nilai eigen, atau scree plot atau persentase varians. Dalam hal ini akan dibahas ketiganya. 
1. Penentuan jumlah faktor dengan nilai eigen 
Banyaknya faktor ditentukan dengan nilai eigen yang lebih dari 1. Dari gambar 2 di bawah pada kolom Initial Eigenvalues - Total yang memiliki nilai eigen lebih dari 1 ada sebanyak 3 component. Artinya terdapat tiga faktor yang terbentuk. 

Gambar 2. Total Variance Explained

2. Penentuan jumlah faktor dengan persentase varians
Dari gambar 2 di atas, persentase varians terletak pada kolom Initial Eigenvalues - Cumulative %. Jika dilihat per tahapan, 1 faktor (component) besarnya persentase varians sebesar 35,505 persen artinya sekitar 35,505 persen variasi varian dari tujuh variabel dapat dijelaskan oleh 1 faktor, tentu nilai  ini masih kurang dari 60 persen. Untuk 2 faktor (component) besarnya persentase varians sebesar 51,518 persen artinya sekitar 51,518 persen variasi varian dari tujuh variabel  dapat dijelaskan oleh dua faktor. Nilai persentase ini masih kurang dari 60 persen. Selanjutnya jika diambil 3 faktor (component) besarnya persentase varians sebesar 80,649 persen artinya sekitar 80,649 persen variasi varian dari tujuh variabel dapat dijelaskan oleh tiga faktor. Nilai ini sudah lebih dari 60 persen. Dan jika dilihat dari nilai eigennya, sampai tiga faktor (component) nilai eigen sudah lebih dari 1. Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor yang terbentuk adalah sebesar 3 faktor.

3. Penentuan jumlah faktor dengan scree plot
Scree plot atau plot patahan dapat menentukan jumlah faktor yang terbentuk. Jumlah patahan yang tajam menunjukkan banyaknya faktor yang terbentuk. Dari gambar di bawah terdapat tiga garis patahan yang tajam, sedangkan patahan ke empat sampai ke tujuh tidak terlalu tajam. Sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor yang terbentuk adalah sebanyak 3 faktor.
Gambar 3. Scree Plot

Jadi terdapat tiga faktor yang mewakili tujuh item tersebut. Dan sekitar 80,649 persen variasi dari varians tujuh item dapat dijelaskan oleh tiga faktor.

Setelah banyaknya faktor ditentukan, selanjutnya adalah menentukan variabel mana yang masuk ke dalam ketiga faktor tersebut. Yaitu dengan menggunakan matrik rotasi dengan metode varimax yang dapat dilihat pada gambar 4 berikut :
Gambar 4. Matrik Faktor Rotasi

Dari gambar 4 di atas, variabel yang membentuk faktor tertentu adalah variabel yang memiliki nilai korelasi tertinggi. Variabel X1 memiliki nilai korelasi 0,897 pada faktor/component 1 artinya variabel X1 membentuk Faktor 1. Selanjutnya jika dilihat secara keseluruhan maka faktor 1 dapat dibentuk oleh variabel X1, X3, dan X5. Ketiga variabel ini saling berkorelasi sehingga membentuk faktor 1. Faktor 2 dibentuk oleh korelasi X4 dan X7 dan faktor 3 dibentuk oleh korelasi variabel X2 dan X6. 

Faktor yang terbentuk ini selanjutnya dapat diinterpretasikan dengan memberikan nama terhadap masing-masing faktor. Tentunya didasarkan pada teori dan variabel yang membentuk.

Sebagai contoh : 
Jika dilihat dari soal sebelumnya pada contoh penggunaan analisis faktor dimana tujuh variabel tersebut yang membentuk faktor adalah 

Faktor 1 :
X1 = saya lebih baik tinggal di rumah daripada pergi pesta
X3 = majalah lebih menarik daripada bioskop
X5 = saya termasuk homebody

Faktor 2 :
X4 = saya tidak mau membeli produk yang diiklankan di billboard
X7 = perusahaan banyak menghabiskan uang untuk membiayai iklan

Faktor 3 :
X2 = saya selalu mengecek harga walaupun pada barang murah
X6 = saya menyimpan dan membelanjakan kupon

selanjutnya penamaan ditentukan oleh teori dan variabel yang membentuk. Misalnya faktor 1 diberi nama faktor perilaku pribadi, faktor 2 diberi nama faktor penjualan dan faktor 3 diberi nama faktor pembelian. Atau lainnya dikaitkan dengan teori yang ada.

Untuk menghitung faktor skor dalam hal ini menggunakan Anderson-Rubin dalam IBM SPSS 21.00 sudah langsung diperoleh nilai faktor 1, faktor 2 dan faktor 3. Dan setiap faktor memiliki model faktor yang dapat digunakan untuk menghitung skor faktor tersebut. Membentuk skor faktor dapat didasarkan pada gambar 5 berikut ini :
Gambar 5. Matrik Koefisien Skor Faktor

Berikut model faktor tersebut :
Faktor 1 = 0,391X1 + 0,10X2 + 0,302X3 + 0,170X4 + 0,405X5 - 0,008X6 - 0,086X7
Faktor 2 = 0,020X1 - 0,048X2 - 0,189X3 + 0,542X4 + 0,211X5 + 0,145X6 + 0,461X7
Faktor 3 = -0,048X1 + 0,530X2 + 0,043X3 + 0,059X4 + 0,021X5 + 0,595X6 + 0,035X7

Dan hasil skor faktor yang terbentuk di data view IBM SPSS 21.00 dapat digunakan untuk analisis lebih lanjut.
Gambar 6. Hasil Skor Faktor Anderson-Rubin




by MEYF









Jumat, 08 Mei 2020

INTERPRETASI HASIL ANALISIS FAKTOR DENGAN IBM SPSS

Ini adalah lanjutan dari artikel yang sudah pernah di posting beberapa tahun yang lalu yaitu Analisis Faktor dan Langkah-Langkah Analisis Faktor dengan IBM SPSS 21. Dalam materi kali ini yang dibahas adalah langkah-langkah analisis faktor langsung menggunakan IBM SPSS 21.00 dan interpretasi hasilnya. Data yang digunakan dapat dilihat pada Langkah-Langkah Analisis Faktor dengan IBM SPSS 21.
Untuk lebih singkatnya dapat dilihat video berikut :


Rabu, 06 Mei 2020

CARA MEMBUAT DIAGRAM LINGKARAN

Kali ini kita membahas cara membentuk diagram lingkaran secara manual. Sangat mudah tapi sering terlupakan. Silahkan tonotn penjelasan lengkapnya melalui video berikut ini :




Selasa, 05 Mei 2020

CONTOH PERHITUNGAN MANUAL ANALISIS KORELASI METODE PRODUK MOMEN - MENGGUNAKAN MS EXCEL

Berikut adalah video mengenai contoh perhitungan manual analisis korelasi sedehana metode Pearson Produk Momen yaitu variabel X dan Y dimana variabel X adalah tinggi badan dan variabel Y adalah berat badan dari 12 orang sebagai sampel. Dan akan diukur seberapa kuat hubungan atau korelasi antara tinggi badan dan berat badan tersebut. Berikut penjelasannya dapat dilihat pada link video berikut ini :



Senin, 04 Mei 2020

CONTOH PERHITUNGAN MANUAL ANALISIS KORELASI METODE LEAST SQUARE - MENGGUNAKAN MS EXCEL

Berikut adalah video mengenai contoh perhitungan manual analisis korelasi sedehana metode Least Square yaitu variabel X dan Y dimana variabel X adalah tinggi badan dan variabel Y adalah berat badan dari 12 orang sebagai sampel. Dan akan diukur seberapa kuat hubungan atau korelasi antara tinggi badan dan berat badan tersebut. Berikut penjelasannya dapat dilihat pada link video berikut ini :


Minggu, 03 Mei 2020

CONTOH ANALISIS REGRESI LINEAR SEDERHANA MENGGUNAKAN MS EXCEL

Pada postingan sebelumnya sudah diberikan contoh mengenai Analisis Regresi Linear Sederhana dengan perhitungan manual. Kali ini akan kita bahas contoh lain dari Analisis Regresi Linear Sederhana menggunakan MS Excel.

Dalam kasus ini diberikan contoh dua kejadian atau dua variabel yaitu berat badan sebagai variabel terikat Y dan tinggi badan sebagai variabel bebas X. Terdapat 12 data sampel dari orang yang diukur tinggi dan berat badannya.
Dengan menggunakan analisis regresi linear sederhana menggunakan MS Excel diperoleh Persamaan Regresi :

Y = 31,38 + 0,23X + error

Berikut video mengenai langkah-langkah perhitungannya :

Silahkan klik :

Semoga bermanfaat

Terimakasih ^_^

Rabu, 29 April 2020

PENJELASAN LANJUTAN ANALISIS CLUSTER / KLASTER

Perbedaan mendasar analisis faktor dengan analisis klaster terletak pada apa yang dikelompokkan/direduksinya. Dalam analisis faktor mengelompokkan variabel namun pada analisis klaster mengelompokkan objek/responden. Jika data sudah diinput dalam suatu worksheet pengolahan data, maka yang membedakan keduanya yaitu pada analisis faktor meengelompokkan kolom sedangkan pada analisis klaster mengelompokkan baris. Pengelompokkan ini didasarkan pada klasifikasi objek atau responden/kasus dalam kelompok yang homogen. Kelompok homogen ini disebut klaster.

Analisis klaster telah digunakan dalam pemasaran dengan berbagai tujuan (menurut J.Supranto, 2004) sebagai berikut :
1. Tujuan membuat segmen pasar.
2. Memahami perilaku membeli
3. Mengenali peluang produk baru
4. Memilih uji pasar
5. Mereduksi data

Langkah-langkah dalam analisis klaster sebagai berikut :
1. Merumuskan masalah pengklasteran dengan mendefinisikan variabel yang digunakan.
2. Memilih ukuran jarak atau similaritas. Ukuran kemiripan yang paling biasa digunakan adalah jarak Euclidean yaitu akar dari jumlah kuadrat deviasi.
3. Memilih prosedur pengklasteran apakah hirarki atau non hirarki. Biasanya dalam pemasaran menggunakan metode hirarki aglomeratif.
4. Menentukan banyaknya klaster, tidak ada aturan baku, namun sebagai pertimbangan dapat digunakan hal berikut ini :
a. Pertimbangan teoritis, konseptual, dan praktis
b. Dalam klaster hirarki dapat menggunakan jarak
c. Dalam klaster Non-Hirarki dapat menggunakan rasio jumlah varian dalam klaster dengan antar klaster dapat diplotkan . Titik dimana suatu siku atau lekukan tajam terjadi menunjukkan banyaknya klaster.
5. Menginterpretasikan profil klaster
6. Menguji reliabilitas dan validitas klaster.

Hal ini dapat juga dilihat pada gambar 1 berikut ini :


Gambar 1. Langkah-langkah Analisis Klaster
Sumber : Supranto, 2004.

Klasifikasi prosedur pengklasteran dapat dilihat pada gambar 2 berikut ini :
Gambar 2. Klasifikasi Prosedur Pengklasteran
Sumber : Supranti, 2004

Selanjutnya kita bahas secara singkat masing-masing prosedur :
1. Klaster Hirarki
Diawali dengan pengelompokkan dua atau lebih objek yang memiliki kesamaan paling dekat. Selanjutnya masing-masing kelompok lakukan lagi pengelompokkan yang memiliki kesamaan paling dekat, demikian seterusnya hingga tidak ada yang mirip. Metode ini terlihat seperti akar pohon. Biasanya menggunakan dendogram dalam membantu menjelaskan proses hirarkinya.

Metode klaster hirarki terbagi atas dua yaitu :
a. Agglomerative = pemusatan --> setiap objek dianggap sebuah klaster, lalu cari yang mirip dan digabungkan menjadi klaster baru, dst.
b. Divisive = penyebaran --> sebuah klaster besar yang terdiri dari keseluruhan objek, lalu ketidakmiripan objek yang paling tinggi dipisahkan, dst.

2. Klaster Non-Hirarki
Diawali dengan menentukan jumlah klaster yang diinginkan apakah dua, tiga, dst. Selanjutnya proses klaster dilakukan tanpa mengikuti proses hirarki yang biasa disebut juga K-Means Cluster. Langkah-langkahnya :
a.   Memilih klaster pusat
b.   Semua objek dalam jarak tertentu ditempatkan pada klaster yang terbentuk.
c. Memilih klaster selanjutnya dan menempatkan kembali objek sampai objek semuanya ditempatkan.

Beberapa istilah jenis-jenis analisis klaster :
Single Linkage : Didasarkan pada jarak terkecil, jika jaraknya berdekatan maka akan menjadi satu klaster.
Complete Linkage : Didasarkan pada jarak terjauh, jika jaraknya berjauhan maka akan mejadi beda klaster.
Average Linkage : Didasarkan pada rata-rata jarak seluruh individu dalam klaster dengan jarak seluruh individu dalam klaster yang lain.
Ward's Methods : Didasarkan pada jumlah Sum of Square dua klaster pada masing-masing variabel
Sequential Tresholds Methods : Diawali dengan pemilihan satu klaster, kemudian penempatan objek dengan jarak tertentu, lalu lanjut dengan penempatan objek jarak tertentu lainnya, dan seterusnya.
Parallel Treshold Methods : Diawali dengan memilih sejumlah klaster secara bersamaan dan menempattkan objek ke dalamnya. Jika ada yang tidak bisa ditempatkan, maka objek itu dibiarkan saja.
Optimization Methods : Menempati objek dengan optimal yaitu memungkinkan kembali objek untuk ditempatkan.

Langkah analisis klaster lainnya yaitu interpretasi hasil maksudnya adalah memberi nama spesifik untuk menggambarkan isi klaster. Dalam melakukan analisis klaster diperlukan uji asumsi yaitu sampel benar-benar mewakili populasi dan uji multikolinearitas.


by MEYF